42. Shahih Muslim - Kitab Keutamaan Beberapa Perkara (BHG 3)

Saturday, June 25, 2011

27. Wajib mengikuti jejak Nabi saw.

•             Hadis riwayat Abdullah bin Zubair ra.:

Bahwa seorang lelaki Ansar bertengkar dengan Zubair di hadapan Rasulullah saw. mengenai saluran air daerah Harrah yang digunakan untuk mengairi pohon kurma. Lelaki Ansar tersebut berkata: Biarkan air itu mengalir! Ternyata Zubair menolak permintaan mereka. Lalu mereka mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Berkatalah beliau kepada Zubair: Alirkanlah wahai Zubair dan alirkan juga air itu kepada tetanggamu! Lelaki tersebut marah seraya berkata: Wahai Rasulullah! Apakah karena Zubair itu anak bibimu? Berubahlah warna muka Nabi saw. lalu berkata: Wahai Zubair, alirkanlah air itu kemudian tahan agar kembali lagi ke kebun! Lalu Zubair berkata: Demi Allah, aku yakin bahwa ayat ini turun menyinggung percekcokan tadi: Maka demi Tuhan, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Shahih Muslim No.4347)

28. Penghormatan kepada Nabi saw. dan meninggalkan pertanyaan yang tidak penting kepada beliau atau yang tidak berkaitan dengan taklif serta yang tidak realistis dan sebagainya

•             Hadis riwayat Saad bin Abu Waqqash ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang-orang muslim yang paling besar dosanya terhadap orang-orang muslim yang lain ialah orang yang bertanya tentang suatu perkara yang belum diharamkan atas orang-orang muslim kemudian diharamkan atas mereka karena pertanyaannya. (Shahih Muslim No.4349)

•             Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:

Telah sampai kepada Rasulullah saw. berita tentang para sahabatnya kemudian beliau berpidato dan bersabda: Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka. Aku belum pernah melihat suatu kebaikan dan keburukan seperti yang terjadi pada hari ini. Jika seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Lebih lanjut Anas bin Malik ra. mengatakan: Tidak ada hari yang lebih menyedihkan bagi para sahabat Rasulullah saw. daripada hari itu. Anas bin Malik berkata lagi: Mereka menutupi kepala mereka sambil terdengar isak-tangis mereka. Ia berkata lagi: Umar berdiri seraya berkata: Kami rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi. Anas bin Malik ra. berkata: Bangkitlah lelaki itu dan bertanya: Siapa bapakku? Dia menjawab: Bapakmu adalah si Fulan. Maka turunlah ayat: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menanyakan (kepada nabimu) hal-hal yang serupa itu jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu. (Shahih Muslim No.4351)

•             Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:

Nabi saw. pernah ditanya tentang beberapa perkara yang tidak beliau sukai. Ketika telah banyak ditanyakan kepadanya, beliau menjadi marah dan bersabda kepada orang-orang: Bertanyalah kepadaku tentang apapun yang kalian inginkan! Seorang lelaki bertanya: Siapakah ayahku? Beliau menjawab: Ayahmu adalah Hudzafah. Yang lain berdiri dan bertanya: Siapakah ayahku, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Ayahmu adalah Salim, budak Syaibah. Ketika Umar melihat Rasulullah saw. sedang murka itulah, dia berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Kami bertobat kepada Allah. (Shahih Muslim No.4355)

29. Keutamaan-keutamaan Nabi Isa as.

•             Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Aku adalah orang yang paling berhak terhadap putra Maryam. Para nabi adalah saudara-saudara seayah. Antara aku dan dia (putra Maryam) tidak ada seorang nabi pun. (Shahih Muslim No.4360)

•             Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidak seorang bayi pun yang dilahirkan kecuali telah disentuh oleh setan sehingga ia menangis menjerit karena sentuhan setan tersebut kecuali putra Maryam dan ibunya. (Shahih Muslim No.4363)

•             Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Pada suatu hari Isa putra Maryam melihat seorang lelaki mencuri. Isa lalu bertanya kepada lelaki tersebut: Kamu telah mencuri? Lelaki tersebut menjawab: Tidak, demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia. Selanjutnya Isa berkata: Aku beriman kepada Allah dan aku mendustakan diriku. (Shahih Muslim No.4366)

30. Keutamaan-keutamaan Nabi Ibrahim as. Khalilullah

•             Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Nabi Ibrahim as. berkhitan ketika beliau berusia delapan puluh tahun dengan sebuah kapak. (Shahih Muslim No.4368)

•             Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Nabi Ibrahim as. tidak pernah berdusta kecuali sebanyak tiga kali, dua di antaranya menyangkut Zat Allah, yaitu ucapannya: Sesungguhnya aku sakit. Dan ucapannya: Sebenarnya patung yang besar itulah yang memukulnya. Yang satu lagi adalah menyangkut diri Sarah. Karena beliau datang ke sebuah negeri yang dikuasai seorang raja diktator bersama Sarah yang ketika itu sebagai seorang wanita yang paling cantik. Berkatalah ia kepada Sarah: Sesungguhnya raja diktator ini, jika ia mengetahui bahwa kamu adalah istriku maka dia akan mengalahkanku untuk merebutmu. Maka jika dia bertanya kepadamu katakanlah kepadanya bahwa kamu adalah saudara perempuanku. Sesungguhnya kamu memang saudara perempuanku dalam Islam. Dan sesungguhnya aku tidak mengetahui di negeri ini seorang muslim pun selain aku dan kamu. Ketika (Ibrahim) memasuki negeri raja yang diktator itu, terlihatlah Sarah oleh salah seorang keluarga raja lalu ia segera menghadap dan melaporkan: Telah datang ke negeri paduka raja seorang wanita yang hanya patut menjadi milik paduka. Sang raja lalu mengirim utusan kepada Sarah dan dibawanya. Lalu Nabi Ibrahim as. segera melaksanakan salat. Ketika Sarah datang ke hadapan raja, dia tidak mampu menguasai diri untuk langsung merangkul Sarah sehingga tangannya tergenggam erat sekali. Dia berkata kepada Sarah: Berdoalah kepada Allah agar Dia melepaskan tanganku dan aku tidak akan mengganggumu. Sarah lalu berdoa. Lalu sang raja mengulanginya dan kembali tangannya tergenggam dengan lebih kuat lagi dari yang pertama. Lalu sang raja mengulangi ucapannya meminta kepada Sarah agar Tuhan melepaskan tangannya. Sarah berdoa lagi. Sang raja mengulangi lagi dan kembali tangannya terggenggam dengan lebih kuat lagi daripada yang pertama dan kedua. Sang raja berkata: Berdoalah kepada Allah agar Dia melepaskan tanganku. Demi Allah aku tidak akan menganggumu. Dan Sarah berdoa lagi sehingga terbukalah tangannya. Sang raja lalu memanggil orang yang membawa Sarah: Sesungguhnya kamu membawakan kepadaku seorang wanita setan bukan manusia. Usirlah ia dari negeriku dan berikanlah kepadanya Hajar. Lebih lanjut Nabi saw. mengatakan: Kemudian Sarah kembali dengan berjalan kaki. Ketika Ibrahim as. melihat, disambutnya seraya bertanya: Bagaimana kabarmu? Sarah menjawab: Baik-baik saja, Allah telah berkenan melindungiku dari gangguan tangan raja durhaka itu dan ia telah memberikan seorang budak pelayan. (Shahih Muslim No.4371)

31. Keutamaaan Nabi Musa as.

•             Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Malaikat maut pernah diutus kepada Musa as. Ketika malaikat tersebut datang menjumpainya, Nabi Musa langsung memukul dan mencungkil matanya. Lalu malaikat itu kembali kepada Tuhannya seraya berkata: Engkau telah mengutusku kepada seorang yang tidak ingin mati. Ia berkata: Allah kemudian mengembalikan matanya. Allah berfirman: Kembalilah kepadanya dan katakan supaya dia meletakkan tangannya di punggung seekor banteng dan baginya usia satu tahun dari setiap helai rambut yang ditutupi tangannya. Malaikat itu bertanya: Ya Tuhanku! Setelah itu? Tuhan berfirman: Kematian. Malaikat tersebut berkata: Sekaranglah! Lalu dia memohon agar Allah mendekatkan dirinya dengan bumi yang suci sejauh jarak lemparan batu. Rasulullah saw. bersabda: Jika aku berada di sana, tentu aku akan memperlihatkan kepada kalian makam (Musa) yang berada di pinggir jalan, tepatnya di bawah bukit pasir merah. (Shahih Muslim No.4374)

•             Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Ketika seorang Yahudi menawarkan barang dagangannya ia diberikan sifat barang dagangannya itu dengan sesuatu yang tidak ia sukai atau tidak ia senangi. Abdul Aziz ragu-ragu antara kedua kata tersebut. Ia berkata: Tidak, demi Tuhan yang telah memilih Musa as. atas manusia. Ia berkata: Lalu seorang lelaki Ansar yang mendengarnya dan langsung menampar wajahnya seraya berkata: Kamu mengatakan demi Tuhan yang telah memilih Musa as. atas sekalian manusia sedangkan Rasulullah saw. berada di tengah-tengah kita! Ia berkata lagi: Lalu orang Yahudi itu pergi menemui Rasulullah saw. dan berkata: Wahai Abul Qasim! Sesungguhnya aku mempunyai tanggung jawab dan janji. Si Fulan telah menampar wajahku. Rasulullah saw. bertanya kepada lelaki tersebut: Kenapa kamu menampar wajahnya? Dia menjawab: Wahai Rasulullah! Dia mengatakan demi Tuhan yang telah memilih Musa as. atas sekalian manusia. Bukankah engkau masih berada di tengah-tengah kita? Ia berkata: Lalu Rasulullah saw. murka dan itu terlihat dari wajahnya. Kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian membeda-bedakan antara para utusan Allah. Sesungguhnya sangkakala akan ditiupkan sehingga binasalah makhluk yang berada di langit dan di bumi kecuali orang yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiupkan lagi dan aku adalah orang pertama yang dibangkitkan atau termasuk orang yang pertama dibangkitkan namun tiba-tiba Musa as. sedang berpegang pada Arsy. Aku tidak tahu apakah ia sudah dihisab ketika ia pingsan pada peristiwa (pecahnya) gunung Thur ataukah ia telah dibangkitkan sebelum aku dan aku tidak akan berkata sesungguhnya ada seseorang yang lebih utama daripada Yunus bin Matta as.. (Shahih Muslim No.4376)

32. Mengenai Yunus as. dan sabda Nabi saw.: Tidak patut bagi seorang hamba mengatakan "Aku adalah lebih baik daripada Yunus bin Matta as."

•             Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:

Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Tidak patut bagi seorang hamba mengatakan: Aku adalah lebih baik daripada Yunus bin Matta as. dengan mengaitkannya pada ayahnya. (Shahih Muslim No.4382)

33. Keutamaan-keutamaan Yusuf as.

•             Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Ditanyakan kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang paling mulia itu? Beliau bersabda: Mereka yang paling bertakwa. Mereka berkata: Bukan tentang itu yang kami tanyakan kepadamu. Beliau bersabda: Maka Yusuf karena ia seorang nabi Allah, anak seorang nabi Allah sekaligus cucuk seorang nabi Allah serta buyut nabi Allah (yang dijuluki) kekasih Allah. Mereka berkata: Juga bukan hal itu yang kami tanyakan kepadamu. Beliau bersabda: Apakah tentang asal-usul orang-orang Arab yang kalian tanyakan kepadaku? Sebaik-baik mereka pada masa jahiliah adalah sebaik-baik mereka pada masa Islam, jika mereka memahami ajaran Islam. (Shahih Muslim No.4383)

34. Keutamaan-keutamaan Khidhir as.

•             Hadis riwayat Ubay bin Kaab ra.:

Dari Said bin Jubair ia berkata: Aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas ra. bahwa Naufan Al-Bukali beranggapan bahwa Musa as. nabi Bani Israel adalah bukan Musa yang menjadi sahabat Khidhir. Ibnu Abbas berkata: Musuh Allah adalah pembohong. Aku pernah mendengar Ubay bin Kaab ra. berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Musa as. pernah berdiri berpidato di tengah-tengah Bani Israel. Dia (Musa) lalu ditanya: Siapakah manusia yang paling berilmu? Dia jawab: Akulah orang yang paling berilmu. Allah lantas menegurnya karena dia tidak mengembalikan ilmu kepada Allah. Allah lalu memberi wahyu kepadanya bahwa salah seorang hamba-Ku yang menetap di tempat pertemuan dua lautan adalah lebih berilmu daripada kamu. Selanjutnya Musa bertanya: Wahai Tuhanku, bagaimana aku dapat bertemu dengannya? Dikatakan kepadanya: Bawalah seekor ikan dalam sebuah keranjang. Di mana saja kamu kehilangan ikan tersebut, maka di situlah dia berada. Kemudian Musa pun berangkat bersama muridnya bernama Yusya` bin Nun. Musa as. membawa ikan tersebut dalam sebuah keranjang. Dia dan muridnya berangkat dengan berjalan kaki sampai keduanya mencapai sebuah batu karang besar dan tidurlah Musa as. dan muridnya. Sementara ikan yang berada dalam keranjang bergerak dan keluar dari keranjang lalu jatuh ke laut. Kemudian Allah menahan ombak, sehingga menjadi seperti sebuah lengkungan buat melintas ikan tersebut. Musa as. dan muridnya terheran-heran. Mereka meneruskan sisa perjalanan pada siang dan malam hari sedangkan murid Musa as. lupa untuk memberitahukannya. Keesokan paginya Musa as. berkata kepada muridnya: Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini. Tetapi (Musa as.) tidak akan merasa letih sebelum dia sampai di tempat yang diperintahkan. Muridnya berkata: Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di sebuah batu karang tadi, aku lupa menceritakan tentang ikan itu, setanlah sebenarnya yang membuatku lupa untuk menceritakannya, ikan itu telah masuk ke laut dengan cara yang sangat aneh sekali. Selanjutnya Musa as. berkata: Kalau begitu itulah tempat yang kita cari. Keduanya lalu kembali. Keduanya mengikuti jejak mereka semula. Hingga ketika mereka tiba di batu karang tadi Musa tiba-tiba melihat seorang lelaki yang berselimut dengan sebuah pakaian dan itulah Khidhir. Musa as. mengucapkan salam kepadanya. Khidhir bertanya kepadanya: Ternyata di negerimu terdapat salam! (Musa as.) berkata: Aku adalah Musa. Khidhir bertanya: Musa Bani Israel? Dia menjawab: Ya. Khidhir berkata: Sesungguhnya kamu memiliki ilmu dari ilmu-ilmu Allah yang telah diajarkan Allah kepada kamu yang aku tidak ketahui. Sebaliknya aku juga memiliki ilmu dari ilmu-ilmu Allah yang telah diajarkan Allah kepadaku yang tidak kamu ketahui. Musa as. berkata kepada Khidhir: Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? Khidhir menjawab: Sesungguhnya kamu tidak akan sabar bersamaku. Bagaimana kamu bisa sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? Musa as. berkata: Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusanpun. Khidhir berkata kepadanya: Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan tentang sesuatu apapun sampai aku sendiri yang akan menerangkannya kepadamu. Musa menjawab: Baiklah. Khidhir dan Musa as. lalu berangkat dengan berjalan kaki di tepi pantai dan lewatlah sebuah perahu di hadapan mereka berdua. Mereka bercakap-cakap dengan para penumpangnya agar mau mengangkut mereka. Karena sudah kenal dengan Khidhir, mereka lalu membawa keduanya tanpa bayaran. Khidhir beranjak ke salah satu papan perahu lalu dicabutnya. Musa as. berkata kepada Khidhir: Mereka telah membawa kita dengan cuma-cuma tetapi dengan sengaja perahu mereka kamu lobangi! Apakah kamu hendak menenggelamkan penumpangnya. Sesungguhnya kamu telah berbuat suatu kesalahan yang besar? Khidhir berkata: Bukankah aku telah berkata: Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku. Musa as. berkata: Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku. Selanjutnya mereka meninggalkan perahu tersebut. Saat mereka sedang berjalan di tepi pantai, tiba-tiba ada seorang anak remaja bermain dengan beberapa temannya. Khidhir memegang kepala anak itu lalu memenggalnya sehingga terbunuhlah ia. Musa as. berkata: Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih itu? Bukankah dia tidak membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar. Khidhir berkata: Bukankah sudah aku katakan kepadamu, bahwa kamu tidak akan sabar bersamaku. Perbuatan ini lebih kejam lagi daripada yang pertama. Selanjutnya Musa as. berkata: Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku. Maka keduanya berjalan, hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Ia berkata: Miring, Khidhir mengisyaratkan dengan tangannya dan menegakkan dinding tersebut. Musa as. berkata kepada Khidhir: Orang-orang yang kita datangi tidak mau menerima kita sebagai tamu dan tidak mau menjamu kita. Jikalau kamu mau niscaya kamu mengambil upah untuk pekerjaan itu. Khidhir berkata: Inilah perpisahan kita. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang membuat kamu tidak sabar terhadapnya. Rasulullah saw. bersabda: Semoga Allah merahmati Musa. Aku akan senang sekali kalau saja Musa as. bisa bersabar sehingga dia dapat menceritakan kepada kita tentang pengalaman mereka berdua. Rasulullah saw. bersabda: Tindakan Musa as. yang pertama memang karena lupa. Beliau bersabda: Seekor burung terbang lalu hinggap pada tepi perahu itu dan mematuk ke laut. Khidhir lalu berkata kepadanya: Ilmu kita jika dibandingkan dengan ilmu Allah adalah seperti patukan seekor burung pipit tersebut pada laut itu. (Shahih Muslim No.4385)

0 comments:

Post a Comment