29. Keutamaan orang yang hafal Alquran
• Hadis riwayat Abu Musa Al-Asy`ari ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti perumpamaan buah utrujah, baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah kurma, tidak ada baunya sama sekali namun rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran adalah seperti buah raihanah, baunya harum namun rasanya pahit. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah peria, tidak ada baunya sama sekali dan rasanya pahit. (Shahih Muslim No.1328)
30. Keutamaan orang yang pandai membaca Alquran dan orang yang yatata`ta (tersendat-sendat) dalam membaca Alquran
• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Orang yang pandai membaca Alquran akan bersama para rasul yang mulia dan taat-taat. Adapun orang yang membaca Alquran dengan tersendat-sendat karena sulit baginya membaca Alquran, maka ia mendapat dua pahala. (Shahih Muslim No.1329)
31. Sunat membaca Alquran di hadapan orang-orang yang pandai tentang Alquran, meskipun yang membaca lebih utama dari yang mendengar bacaan
• Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Ubay bin Kaab: Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membaca (Alquran) di hadapanmu. Ubay dengan nada agak tak percaya bertanya: Allah menyebut-nyebutku? Rasulullah saw. menjawab: Ya, Allah menyebut-nyebutmu. Seketika itu Ubay menangis, terharu. (Shahih Muslim No.1330)
32. Keutamaan mendengarkan Alquran dan meminta kepada orang yang hafal untuk membaca Alquran serta keutamaan menangis ketika membaca Alquran dan merenunginya
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, aku harus membacakan Alquran kepada baginda, sedangkan kepada bagidalah Alquran diturunkan? Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa'. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu). Aku angkat kepalaku atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat kepalaku, aku melihat beliau mencucurkan air mata. (Shahih Muslim No.1332)
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Aku berada di Homs. Sebagian orang berkata kepadaku: Bacakan Alquran kepada kami. Lalu aku bacakan kepada mereka surat Yusuf. Lalu salah seorang dari kaum itu berkata: Demi Allah, bukan demikian surat ini diturunkan. Aku bilang padanya: Celaka engkau, demi Allah, sesungguhnya aku pernah membacakannya pada Rasulullah saw. Lelaki itu akhirnya berkata kepadaku: Engkau benar. (Shahih Muslim No.1334)
33. Keutamaan surat Al-Fatihah dan ayat-ayat akhir surat Al-Baqarah, anjuran untuk membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah
• Hadis riwayat Abu Masud Al-Badri ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada suatu satu malam, maka ayat itu akan menjadi pelindung dirinya. (Shahih Muslim No.1340)
34. Keutamaan membaca surat Al-Ikhlas
• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Bahwa Rasulullah saw. mengutus seorang lelaki sebagai komandan pasukan ekspedisi. Dalam Sholat, ia bertindak sebagai imam bagi sahabat lainnya, membaca surat mengakhiri bacaan dengan "qul huwallahu Ahad", surat Al-Ikhlas. Ketika pasukan pulang, hal itu diceritakan kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: Tanyakan saja langsung kepadanya, mengapa ia membaca surat itu? Mereka lalu menanyakannya. Ia menjawab: Karena sesungguhnya surat itu adalah sifat Allah Yang Maha Pemurah dan aku senang membacanya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Kabarkan kepadanya bahwa Allah mencintainya. (Shahih Muslim No.1347)
35. Keutamaan orang yang membaca dan mengajarkan Alquran serta keutamaan orang yang mempelajari hukum fikih dan hukum lainnya, kemudian mengamalkan dan mengajarkannya
• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan Alquran dan ia membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam dan di waktu siang. (Shahih Muslim No.1350)
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain. (Shahih Muslim No.1352)
36. Menerangkan bahwa Alquran diturunkan dalam tujuh dialek dan menerangkan maknanya
• Hadis riwayat Umar bin Khathab ra., ia berkata:
Aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surat Al-Furqan tidak seperti yang aku baca dan yang Rasulullah saw. ajarkan kepadaku. Hampir saja aku menyalahkannya ketika ia sedang membaca, tetapi aku biarkan saja sampai ia selesai. Setelah selesai, aku pegang dengan kuat sorban yang berada di lehernya dan aku bawa ia menghadap Rasulullah saw. Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendengar orang ini membaca surat Al-Furqan tidak seperti yang baginda ajarkan kepadaku. Rasulullah saw. bersabda: Suruh ia untuk membacanya. Ia (Hisyam) pun membaca bacaan yang sebelumnya aku dengar sebelumnya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Seperti itulah surat itu diturunkan. Kemudian beliau menyuruhku: Bacalah. Aku pun membacanya. Lalu beliau bersabda: Demikianlah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Alquran itu diturunkan atas tujuh dialek. Maka bacalah dengan bacaan yang mudah di antaranya. (Shahih Muslim No.1354)
• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Jibril as. pernah mengajarkan aku satu dialek. Kemudian aku mengulang-ulanginya dan aku selalu minta supaya ia mau menambahnya, maka ia menambahkannya sampai ia berhenti pada tujuh dialek. (Shahih Muslim No.1355)
37. Membaca Alquran dengan perlahan dan tidak tergesa-gesa, serta boleh mambaca dua surat atau lebih dalam satu rakaat
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.:
Dari Abu Wail, ia berkata: Telah datang seorang lelaki bernama Nahik bin Sinan kepada Abdullah seraya berkata: Wahai Abu Abdurrahman, bagaimana engkau membaca huruf ini, "alif" atau "ya" pada ayat "min maain ghaira aasin" atau "min maain ghaira yaasin". Ia berkata: Lalu Abdullah berkata: Seluruh Alquran sudah aku teliti kecuali yang ini. Ia berkata lagi: Sungguh aku membaca dua surat pendek dalam satu rakaat. Kemudian Abdullah berkata: Cepat sekali, seperti membaca syair dengan cepat, sesungguhnya banyak orang yang membaca Alquran seakan tidak melewati tenggorokannya, tapi seandainya sampai ke hati lalu melekat, maka akan bermanfaat. Sesungguhnya yang paling utama dalam Sholat adalah rukuk dan sujud dan sesungguhnya aku tahu benar surat-surat yang hampir sama pendeknya yang Rasulullah saw. selalu menggandengnya dua surat pada tiap rakaat. Lalu Abdullah berdiri dan Alqamah masuk di belakangnya. Kemudian ia keluar dan berkata: Ia telah mengabarkannya kepadaku. (Shahih Muslim No.1358)
38. Perkara yang berkaitan dengan bacaan (qiraat)
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.:
Abu Ishak telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku melihat seseorang bertanya kepada Aswad bin Yazid, ketika ia sedang mengajarkan Alquran di mesjid. Orang itu berkata: Bagaimana engkau membaca ayat berikut ini: "Fahal min muddakir", apakah pakai huruf "dal" atau huruf "dzal"? Ia menjawab: Pakai huruf "dal", aku mendengar Abdullah bin Masud berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. membaca "muddakir" pakai huruf "dal". (Shahih Muslim No.1362)
• Hadis riwayat Abu Darda ra.:
Dari Alqamah, ia berkata: Kami tiba di Syam kemudian Abu Darda datang menemui kami dan bertanya: Apakah ada salah seorang dari kalian yang membaca seperti bacaan Abdullah? Aku menjawab: Ya, ada, aku sendiri. Ia bertanya lagi: Bagaimana engkau mendengar Abdullah membaca ayat berikut ini wal laili idzza yaghsyaa. Aku jawab: Aku mendengar Abdullah membaca, "wallaili idzza yaghsyaa", setelah itu, "wadz dzakari wal untsaa". Ia berkata: Demi Allah, begitulah aku mendengar Rasulullah saw. membacanya, tetapi mereka menginginkan aku membaca: "wa maa khalaqa", namun aku tidak memperhatikan mereka. (Shahih Muslim No.1364)
39. Waktu-waktu yang dilarang untuk melakukan Sholat
• Hadis riwayat Umar bin Khathab ra.:
Bahwa Rasulullah saw. melarang Sholat sesudah Subuh sampai matahari terbit dan sesudah Asar sampai matahari terbenam. (Shahih Muslim No.1367)
• Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada Sholat setelah Sholat Asar sampai matahari terbenam dan tidak ada Sholat sesudah Sholat Subuh sampai matahari terbit. (Shahih Muslim No.1368)
• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah salah seorang dari kalian menunggu untuk melakukan Sholat ketika matahari terbit dan ketika matahari terbenam. (Shahih Muslim No.1369)
• Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila pinggiran matahari telah kelihatan, maka tangguhkanlah Sholat sampai bersinar terang. Dan apabila pinggiran matahari mulai terbenam, maka tangguhkanlah Sholat sampai terbenam. (Shahih Muslim No.1371)
40. Mengetahui dua rakaat Sholat yang pernah dilakukan oleh Nabi saw. sesudah Asar
• Hadis riwayat Ummu Salamah ra.:
Dari Kuraib bahwa Abdullah bin Abbas dan Abdurrahman bin Azhar dan Miswar bin Makhramah mengutusnya untuk menemui Aisyah, istri nabi. Mereka berkata: Ucapkan salam kami kepadanya dan tanyakan kepadanya tentang Sholat dua rakaat sesudah Asar. Katakan pula kepadanya bahwa kami mendengar kabar bahwa ia juga melakukan Sholat dua rakaat sesudah Asar tersebut. Padahal yang kami dengar, Rasulullah saw. melarang kami melakukannya. Kata Ibnu Abbas: Waktu itu aku bersama Umar bin Khathab segera beranjak meninggalkan tempat untuk menjauh. Kemudian cerita Kuraib: Aku lalu menemui Aisyah dan menyampaikan apa yang mereka pesankan padaku. Aisyah menjawab: Tanyakan saja kepada Ummu Salamah Aku lalu pulang menemui orang-orang yang menyuruhku tadi dan aku beritahu apa jawaban Aisyah. Mereka kemudian menyuruhku menemui Ummu Salamah untuk menanyakan hal yang sama. Ummu Salamah menjawab: Aku memang pernah mendengar Rasulullah saw. melarangnya. Namun kemudian aku juga pernah melihat beliau melakukannya. Waktu itu beliau baru saja selesai melakukan Sholat Asar. Lalu beliau masuk ke rumah yang pada saat itu aku sedang bersama beberapa wanita dari bani Haram golongan Ansar. Beliau lalu melakukan Sholat dua rakaat tersebut. Aku lalu menyuruh seorang jariyah untuk berdiri di samping beliau untuk menanyakan dua rakaat yang beliau lakukan itu, padahal beliau pernah melarangnya. Tetapi aku sudah pesan kepada jariyah yang aku suruh tadi, kalau beliau memberikan isyarat dengan tangannya maka tunggulah. Jariyah itu pun melaksanakan perintahku, dan ternyata beliau memang memberikan isyarat dengan tangannya. Maka ia pun bersabar. Ketika selesai, beliau bersabda: Wahai putri Abu Umayah. Engkau telah menanyakan tentang Sholat dua rakaat sesudah Asar yang aku lakukan tadi. Ketahuilah, sesungguhnya tadi beberapa orang dari suku Abdul Qais datang kepadaku mengurus kaumnya yang masuk Islam, sehingga aku terlambat melakukan dua rakaat sesudah Sholat Zuhur. Maka itu tadi adalah dua rakaat yang belum sempat aku lakukan itu. (Shahih Muslim No.1377)
• Hadis riwayat Aisyah ra.:
Dari Abu Salamah ra. bahwa ia bertanya kepada Aisyah ra. tentang Sholat dua rakaat (Sholat sunat) yang dilakukan Rasulullah saw. sesudah Sholat Asar. Aisyah menjawab: Biasanya beliau melakukannya sebelum Asar, kemudian karena ia sibuk (tidak sempat) atau lupa, maka ia melakukannya setelah Sholat Asar. Lalu beliau menetapkannya. Kebiasaan beliau adalah jika melakukan Sholat tertentu (sunat), beliau menetapkannya. (Shahih Muslim No.1378)
41. Sunat Sholat dua rakaat sebelum Sholat Magrib
• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Dahulu pada masa Rasulullah saw. kami pernah melakukan Sholat dua rakaat setelah matahari terbenam, yaitu sebelum Sholat Magrib. Aku lalu bertanya lagi kepada Anas: Apakah Rasulullah saw. pernah melakukannya? Anas menjawab: Beliau melihat kami melakukannya, tapi beliau tidak menyuruh dan tidak melarang kami. (Shahih Muslim No.1382)
• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Kami sedang berada di Madinah ketika muazin mengumandangkan azan untuk Sholat Magrib, orang-orang berlomba ke tiang-tiang mesjid untuk melakukan Sholat sunat dua rakaat sebelum Magrib, sampai-sampai seseorang yang masuk mesjid mengira bahwa Sholat Magrib telah dilaksanakan karena banyaknya orang yang melakukannya. (Shahih Muslim No.1383)
42. Sholat sunat di antara dua azan (maksudnya azan dan iqamat)
• Hadis riwayat Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Antara setiap azan dan iqamat itu ada Sholat. Beliau mengucapkan tiga kali dan pada perkataannya yang ketiga beliau menambahkan: Bagi orang yang mau. (Shahih Muslim No.1384)
43. Sholat khauf (takut)
• Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. melakukan Sholat khauf dengan salah satu kelompok sebanyak satu rakaat, dan kelompok yang lain (tidak ikut Sholat) bersiaga menghadap musuh. Kemudian mereka (yang belum Sholat) beralih menempati tempat teman-temannya (yang telah menyelesaikan Sholat satu rakaat bersama Rasulullah saw. dan satu rakaat mereka selesaikan masing-masing), gantian mereka yang menghadap musuh. Lalu mereka (yang belum Sholat) datang untuk Sholat bersama Nabi saw. satu rakaat, kemudian Nabi saw. mengakhiri Sholatnya dengan salam. Kemudian mereka (yang baru Sholat satu rakaat) menyelesaikan satu rakaat lagi. (Shahih Muslim No.1385)
• Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Suatu ketika aku turut melakukan Sholat khauf bersama Rasulullah saw. Beliau membagi kami menjadi dua barisan, satu barisan berada di belakang Rasulullah saw. sedang musuh berada di antara kami dan kiblat. Ketika Nabi saw. takbir kami semua ikut takbir. Kemudian beliau rukuk, kami semua ikut rukuk. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dari rukuk, kami semua melakukan hal yang sama. Kemudian beliau turun untuk sujud bersama barisan yang berada langsung di belakang beliau. Sementara itu barisan yang terakhir tetap berdiri menjaga musuh. Ketika Nabi saw. selesai sujud, dan barisan yang di belakangnya berdiri, maka barisan yang terakhir tadi turun untuk melakukan sujud lalu mereka berdiri. Lalu barisan yang di belakang maju, dan barisan yang di depan mundur. Kemudian Nabi saw. rukuk dan kami semua ikut rukuk. Kemudian Nabi mengangkat kepalanya, kami pun mengikutinya. Sementara barisan yang tadi berada di belakang ikut turun sujud bersama beliau, barisan yang satunya lagi tetap berdiri menjaga musuh. Ketika Nabi saw. selesai sujud bersama barisan yang tepat di belakangnya, maka barisan yang di terakhir turun untuk sujud. Setelah mereka selesai sujud, Nabi saw. mengucapkan salam dan kami semua ikut salam. Jabir berkata: Seperti yang biasa dilakukan oleh para pasukan pengawal terhadap para pemimpin mereka. (Shahih Muslim No.1387)
• Hadis riwayat Sahal bin Abu Hatsmah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. melakukan Sholat khauf bersama sahabat-sahabatnya. Beliau membariskan mereka di belakang belian dalam dua barisan. Bersama barisan pertama, beliau melakukan Sholat satu rakaat. Kemudian beliau berdiri dan terus berdiri sampai barisan yang ada di belakangnya menyelesaikan satu rakaat lagi. Kemudian mereka (yang belum Sholat) maju, dan barisan yang Sholat lebih dahulu mundur ke belakang. Lalu bersama mereka (yang belum Sholat), beliau Sholat satu rakaat. Kemudian duduk sambil menunggu mereka yang terlambat (baru mendapat satu rakaat), menyelesaikan satu rakaat lagi. Kemudian beliau salam. (Shahih Muslim No.1389)
• Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:
Aku ikut bersama Rasulullah saw. dalam pertempuran Dzaatur riqa. Suatu saat kami berada di dekat sebuah pohon yang cukup rindang sekali. Aku persilakan beliau beristirahat di bawahnya. Lalu datanglah seorang laki-laki dari kaum musyrik. Pada waktu itu pedang Rasulullah saw. digantungkan di atas pohon. Laki-laki itu lalu mengambil pedang Nabi saw. dan menghunusnya. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah saw: Apakah engkau takut kepadaku? Beliau menjawab: Tidak. Laki-laki itu bertanya: Siapa yang akan menjagamu dari aku? Beliau menjawab: Allah yang akan menjagaku darimu. Pada saat itu para sahabat Rasulullah berhasil menggertak laki-laki tersebut, sehingga akhirnya ia memasukkan pedang itu ke sarungnya dan menggantungnya ke tempatnya semula. Setelah itu terdengar suara azan Sholat. Beliau lalu melakukan Sholat dua rakaat bersama satu kelompok kemudian mereka mundur. Lalu beliau melakukan Sholat dua rakaat lagi bersama kelompok lainnya. Jadi Rasulullah saw. melakukan Sholat empat rakaat, sementara para sahabat hanya dua rakaat. (Shahih Muslim No.1391)
0 comments:
Post a Comment