Hadis 40 Imam Nawawi - Hadis 39 -Sengaja dan Tidak Sengaja

Wednesday, September 28, 2011


Hadis 39

Daripada Ibn Abbas r.a berkata, bahawa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah telah memaafkan (keranaku) daripada umatku amal-amal yang khilaf dan lupa dan dipaksakan atas mereka.”

(Riwayat Ibn Majah no. 2034, al-Baihaqi (10/60), al-Tabarani no. 765, al-Daraqutni (VII/170) dan al-Hakim (11/198))


Hadith 39

Ibn Abbas, radiyallahu 'anhu, reported that the Messenger of Allah, sallallahu 'alayhi wasallam, said:

"Truly Allah has for my sake pardoned the mistakes and forgetfulness of my community, and for what they have done under force or duress."

[A fine hadith related by Ibn Majah, Al-Baihaqi and others]


Pengajaran Hadis:

1.     Allah ta’ala mengutamakan umat ini dengan menghilangkan berbagai kesulitan dan memaafkan dosa kesalahan dan lupa.

2.     Sesungguhnya Allah ta’ala tidak menghukum seseorang kecuali jika dia sengaja berbuat maksiat dan hatinya telah berniat untuk melakukan penyimpangan dan meninggalkan kewajiban dengan sukarela .

3.     Manfaat adanya kewajiban adalah untuk mengetahui siapa yang ta’at dan siapa yang membangkang.

4.     Ada beberapa perkara yang tidak begitu saja dimaafkan. Misalnya seseorang melihat najis di bajunya akan tetapi dia mengabaikan untuk menghilangkannya segera, kemudian dia shalat dengannya karena lupa, maka wajib baginya mengqhada shalat tersebut. Contoh seperti itu banyak terdapat dalam kitab-kitab fiqh.

5.     Ibn Hajar al-Haitami berkata: “Hadis ini mempunyai manfaat yang menyeluruh kerana terdapat tiga perkara yang dibicarakan hadis ini sering dijumpai dalam semua masalah feqah.

6.     Semua perbuatan tidak terlepas daripada dua keadaan: sengaja dan tidak sengaja merangkumi kekeliruan, lupa dan dipaksa.

7.    Dalam sebuah ayat yang bermaksud: Jika kamu melahirkan apa yang ada di hati kamu atau kamu sembunyikan, maka Allah akan mengadili kamu dengan apa yang kamu lakukan itu. (Surah al-Baqarah 2: 284)

8.     Ayat ini menyebabkan para sahabat berasa tertekan. Oleh kerana itu, Abu Bakar, Umar, Abdurrahman bin Auf dan Mu’adz bin Jabal dengan beberapa orang mendatangi Rasulullah SAW.

9.     Mereka berkata: “Kami dibebankan dengan amal yang tak sanggup kami memikulnya. Sesungguhnya seseorang antara kami dalam hatinya ada bisikan yang tidak disenanginya, sekalipun bisikan itu menjanjikan dunia.”

10.     Nabi SAW lalu menjawab: “Boleh jadi kamu mengucapkan kalimah seperti yang diucapkan Bani Israil, iaitu kami mahu mendengar tetapi kami akan menentangnya. Kerana itu katakanlah: ‘Kami mahu mendengar dan mahu mentaati.”

11.     Perkara itu membuatka mereka berasa tertekan dan mendiamkan diri. Lalu Allah memberikan kelonggaran dan rahmat-Nya dengan berfirman:
Maksudnya: Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Dia akan mendapatkan pahala atas usahanya dan mendapatkan seksa atas kesalahannya, (lalu dia berdoa): ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah.’
(Surah al-Baqarah 2: 286)

12.     Imam Baihaqi berkata bahawa Imam Syafi’i menyatakan:
“Allah berfirman: ‘Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya berasa tenteram dengan imannya (maka orang semacam ini tidak berdosa).”’

13.     Diampuni dosa bukan bererti terbebas daripada tanggungjawab lain. Misalnya:

·         Seorang yang tertembak kawan ketika berburu atau tertembak orang Islam ketika berperang dengan orang kafir maka ia tidak dibebani dosa, tetapi diwajibkan membayar kafarah.

·         Seorang yang tidak melaksanakan solat kerana tertidur atau lupa, maka ia tidak berdosa, namun ia dituntut menqada solatnya ketika ia ingat atau terjaga daripada tidur.

·         Orang yang dipaksa untuk mengucapkan perkataan yang menjadikannya murtad tetapi hatinya penuh keimanan. Tetapi jika dia tetap teguh serta tidak megucapkan perkataan tersebut hingga menyebabkan ia diseksa atau dibunuh, itu lebih mulia baginya dan jika terbunuh ia mati syahid.






Hadis 40 Imam Nawawi - Hadis 38 - Wali Allah

Tuesday, September 27, 2011




Hadis 38


Daripada Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda, bahawa Allah SWT berfirman:

Maksudnya: “Sesiapa memusuhi wali-Ku, maka Kuizinkan dia diperangi. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu amal yang lebih Kusukai daripada jika dia mengerjakan amal yang Kuwajibakan kepadanya. Hamba-Ku sentiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, jadilah Aku sebagai telinganya untuk mendengar dan sebagai matanya untuk melihat dan sebagai kakinya untuk berjalan dan jika dia meminta kepada-Ku pasti Kuberi dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti Kulindungi.”

(Riwayat al-Bukhari no. 6137 dan al-Baghawi jilid 7 halaman 204 dalam Syarhus Sunnah)

Hadith 38

Abu Hurairah, radiyallahu 'anhu, reported that the Messenger of Allah, sallallahu 'alayhi wasallam, said:

"Allah the Almighty has said: 'Whosoever acts with enmity towards a closer servant of Mine (wali), I will indeed declare war against him. Nothing endears My servant to Me than doing of what I have made obligatory upon him to do. And My servant continues to draw nearer to Me with supererogatory (nawafil) prayers so that I shall love him. When I love him, I shall be his hearing with which he shall hear, his sight with which he shall see, his hands with which he shall hold, and his feet with which he shall walk. And if he asks (something) of Me, I shall surely give it to him, and if he takes refuge in Me, I shall certainly grant him it.'"

[Al-Bukhari]


Pengajaran Hadis:

1.     Besarnya kedudukan seorang wali, karena dirinya diarahkan dan dibela oleh Allah ta’ala. Wali Allah ialah orang yang melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman : Maksudnya: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuatiranterhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih. Iaitu orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (Surah Yunus 10: 62-63)

2.     Perbuatan-perbuatan fardhu merupakan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah ta’ala .

3.     Siapa yang istiqamah melaksanakan sunnah dan menghindar dari perbuatan maksiat maka dia akan meraih kecintaan Allah ta’ala.

4.     Jika Allah ta’ala telah mencintai seseorang maka dia akan mengabulkan doanya.

Hadis 40 Imam Nawawi - Hadis 37 - Catatan Kebaikan dan Keburukan

Sunday, September 25, 2011



      


Hadis 37

Daripada Ibn Abbas r.a meriwayatkan daripada Rasulullah SAW wahyu daripada Allah SWT yang berfirman:

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menerangkannya: Sesiapa berhasrat mengerjakan namun tidak jadi mengerjakannya, Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna. Jika dia berhasrat mengerjakan kebaikan lalu benar-benar mengerjakannya, Allah mencatat nilai kebaikan itu sepuluh kali hingga tujuh ratus kali ganda, bahkan berlipat ganda lagi. Dan sesiapa berhasrat mengerjakan keburukkan namun tidak jadi mengerjakannya, Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berhasrat mengerjakan keburukan lalu benar-benar mengerjakannya, Allaah hanya mencatat satu keburukan untuknya.”

(Riwayat Ahmad no. 2828, al-Bukhari no. 6126 dan Muslim no. 131)

Hadith 37

Ibn Abbas, radiyallahu 'anhu, reported that the Messenger of Allah, sallallahu 'alayhi wasallam, related from his Lord (glorified and exalted be He):

"Verily Allah has recorded the good deeds and the evil deeds." Then he clarified that: "Whosoever intends to do a good deed but does not do it, Allah records it with Himself as a complete good deed; but if he intends it and does it, Allah records it with Himself as ten good deeds, up to seven hundred times, or more than that. But if he intends to do an evil deed and does not do it, Allah records it with Himself as a complete good deed; but if he intends it and does it, Allah records it down as one single evil deed."

[Al-Bukhari & Muslim]

Each in his Sahih have thus related it in these words:

"So look! My brother, may Allah help us, and take note of how great is the kindness of Allah - may He be exalted! Reflect on this, how that His saying "with Himself" points to His great care with regard to it, and His saying "complete" is for emphasis, not to point to the intensity of His care with regard to it. With regard to the evil deed which one intended but then abandoned, He says: "Allah records it with Himself as a complete good deed", emphasising this by the word "complete" (kamilah); whereas if he performs it, He records it down as "one evil deed", where by the word "one" He emphasises its being made little of, since He does not emphasise it here by the word "complete". So to Allah be praise and grace. Glory be to Him! Our praises to Him we cannot count. With Allah is success."

Pengajaran hadis:

1.     Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya yang beriman sangat luas dan ampunannya menyeluruh sedang pemberian-Nya tidak terbatas.

2.     Sesungguhnya apa yang tidak kuasa oleh manusia, dia tidak diperhitungkan dan dipaksa menunaikannya.

3.     Allah tidak menghitung keinginan hati dan kehendak perbuatan manusia kecuali jika kemudian dibuktikan dengan amal perbuatan dan praktik.

4.     Seorang muslim hendaklah meniatkan perbuatan baik selalu dan membuktikannya, diharapkan dengan begitu akan ditulis pahalanya dan ganjarannya dan dirinya telah siap untuk melaksanakannya jika sebabnya telah tersedia.

5.     Semakin besar tingkat keikhlasan semakin berlipat-lipat pahala dan ganjaran.

6.     Firman Allah SWT: Maksudnya: Barang siapa melakukan amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya. (Surah al-An’am 6 :160)

7.     Firman Allah SWT: Maksudnya: Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai. Setiap tangkai seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas kurnia-Nya lagi Maha Mengetahui. (Surah al-Baqarah 2 : 261)

8.     Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Seorang lelaki datang dengan membawa unta terikat lalu berkata,’Ya Rasulullah, unta ini saya berikan untuk keperluan fi sabilillah.’ Rasulullah menjawab, ‘Kamu akan mendapat seratus ekor unta pada hari kiamat kelak.’” (Riwayat Muslim daripada Ibn Mas’ud r.a)

9.     Ibn Khalaf yang dikenali dengan nama Ibn Bathal, pengarang kitab al-Ifshah dalam salah satu kenyataan mengatakan: “Sesungguhnya tatkala Allah mengurangi umur umat Muhammad SAW, Allah mengganti singkatnya umur itu dengan melipat-gandakan pahala amalnya.”

10.     Firman Allah SWT: Maksudnya: Dan sesiapa yang melakukan perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (Surah al-An’am 6 : 160)

11.     Abu Darda’ berkata: “Sesiapa yang ketika hendak tidur berniat untuk melakukan qiamul-ail, akan tetapi ia tidak terbangun hingga subuh, maka baginya pahala daripada apa yang telah diniatkan.”